Widget-Animasi

Rabu, 21 Desember 2011

Menggapai Mimpi

Kesungguhan dan Kesinambungan, Jalan Untuk Menggapai Impian

Sahabat.. dalam upaya menggapai impian dan cita-cita, kita dituntut untuk bersungguh-sungguh, tekun, dan
terus-menerus tanpa kenal menyerah dan lelah. Tentang hal ini Allah telah mengisyaratkan melalui Firman-Nya:
“Wa ladziina jaahaduu fiinaa lanahdiyannahum subulanaa wa annallaaha lama’almuhsiniin”
Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh (mencari keridhaan) kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sesuangguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik (QS. Al-Ankabut: 69)
Barangsiapa bersungguh-sungguh dalam menuntut sesuatu, ia akan bertemu dengan apa yang ia tuju, barangsiapa mengetuk pintu berkali-kali, ia dapat memasukinya, dan barangsiapa berusaha dengan sekuat tenaga, maka ia akan mendapatkan kesuksesan.
“Man jadda wajada”
Siapa yang bersungguh-sungguh, maka akan mendapatkan
Perkara yang jauh yang seolah tidak mungkin untuk dicapai, akan menjadi dekat dan mungkin untuk dicapai dengan berbekal kesungguhan. Ibarat mengetuk sebuah pintu yang terkunci, dengan kesungguhan dan ketekunan, maka akan dibukakanlah pintu tersebut oleh tuan rumahnya.
Seseorang yang dilanda penderitaan dalam mengejar mimpi atau cita-cita luhur, padahal sarana untuk mewujudkannya sangatlah terbatas, adalah orang yang sangat didengar keluh kesahnya oleh Allah, sehingga Allah pun akan membukakan pintu kesuksesan baginya.
Dalam kaitannya dengan masalah ilmu dan kekayaan, Imam As-Syafi’i rahimahullah menegaskan di dalam sebuah sya’ir:
Cita-cita idaman belaka, menjadi faqih penganalisa
Padahal dirimu tak mau sengsara, memang gila banyak ragamnya
Tiada mungkin kau temui, memboyong harta tanpa derita
Ilmu pun demikian halnya, tanpa kepayahan, tak mungkin dimiliki
Coba sahabat perhatikan.. banyak manusia yang bercita-cita mulia serta bermimpi setinggi langit, padahal kebanyakan dari mereka tidak ingin bersusah payah untuk mengejarnya. Hal yang demikian tak ubahnya seperti perbuatan orang yang gila, karena mereka mengejar sesuatu yang tidak mungkin dicapai, dan ibarat mengejar fatamorgana.
Kita semua hendaknya menyadari, bahwa sangat jarang di dunia ini orang yang mengejar harta tanpa kepayahan. Bagaimana seorang yang tidak bekerja atau berusaha bisa mengantongi harta. Sungguh suatu hal yang sangat mustahil.

Pentingnya Bermimpi dan Bercita-citalah Luhur

Syaikh Abu Thayyib bersenandung dalam sya’irnya:
Seberapa kadar ahli cita, cita-cita akan ditemui
Seberapa kadar orang mulia, kemuliaan itu akan didapati
Barang kecil kelihatan besar di mata orang ber-himmah kecil
barang besar nampaklah kecil di mata orang ber-himmah besar
Seandainya kita mempunyai impian dan cita-cita luhur, maka kita dituntut  pula untuk berakhlak luhur, sebab keberhasilan tercapainya impian dan cita-cita kita sangat bergantung kepada usaha serta kemuliaan jalan yang ditempuh. Dengan cita-cita yang luhur, kita akan berani menghadapi segala rintangan yang menghadang, sehingga rintangan besar kelihatan kecil. Kita harus menyadari bahwa rintangan adalah perkara yang harus dihadapi bukan untuk dihindari. Tetapi bila kita mempunyai cita-cita yang rendah, maka kita tidak akan berani menghadapi kenyataan yang ada, sehingga rintangan yang kecil seolah kelihatan sangat besar, dan kita juga akan mudah berputus asa. Bukankah putus asa adalah kematian sebelum kematian yang sesungguhnya?
Allah SWT menghendaki agar hamba-hamba-Nya bercita-cita luhur, dan membuang cita-cita yang rendah jauh-jauh. Sebab hasil itu sesuai dengan apa yang ditanam. Menanam cita-cita luhur, keluhuran yang dicapai. Menanam cita-cita hina, maka kehinaan pula-lah yamg akan ditemui.
Dalam mengejar impian dan cita-cita, janganlah tergesa-gesa, dan hendaklah dicapai dengan usaha terus-menerus. Ibarat sebuah tongkat yang bengkok, ia tidak bisa langsung diluruskan, tetapi harus pelan-pelan sedikit demi sedikit. Usaha yang terus menerus (berkesinambungan) akan membawa hasil yang baik, sedangkan sesuatu yang dikerjakan dengan tergesa-gesa, hasilnya tidak akan memuaskan.
Sahabat.. semoga apa yang menjadi impian dan cita-cita kita adalah perkara-perkara yang mulia, serta semoga pula Allah  SWT memberikan kemudahan serta kemampuan kepada kita untuk dapat menggapainya. Amin..
Sebagian naskah dikutip dari buku berjudul “Kode Etik Kaum Santri” karya A. Mudjab Mahali dan Umi Mujawazah Mahali, sebuah buku saduran dari kitab Ta’limal-Muta’allim karya Imam Az-Zarnuji.
 by: rumah cahaya

0 komentar:

Posting Komentar